Lima jurus pemerintah mengatasi pengangguran (Realisasi atau Imajinasi)
Mengutip
hasil Rapat Koordinasi penciptaan dan perluasan lapangan kerja oleh Wakil
Presiden RI Budiono bulan Juli lalu tentang lima pilar utama program-program
perluasan dan penciptaan lapangan kerja di Indonesia sebagai berikut : (Sumber
finance.detik.com).
1. Perbaikan
Layanan dan sistem Informasi Ketenagakerjaan
2. Peningkatan
keterampilan dan kapasitas pekerja
3. Pengembangan
usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) serta kewirausahaan
4. Peningkatan
pembangunan infrastruktur termasuk infrastruktur berbasis komunitas
5. Program
darurat ketenagakerjaan ( contoh program darurat ketenagakerjaan antara lain
program-program cash for work di saat krisis atau perbaikan infrastruktur pada
masa pemulihan dan pembangunan kembali seusai bencana alam).
Dari
kelima pilar tersebut warcoff menilai poin pertama hingga keempat adalah
poin-poin yang harus lebih diperhatikan oleh pemerintah karena masih banyak
sekali kekurang konsistenan pemerintah dalam menerapkan program-program
pendukung yang sudah ada.
Contohnya
pengembangan usaha mikro kecil dan menengah serta keriwausahaan, program
pendukung dari pmerintah sudah sangat bagus sekali seperti program
pencangkokan usaha, PNPM mandiri, prospek mandiri, etc. Tapi sayangnya
penerapannya masih dirasakan oleh kalangan terbatas bahkan mungkin tidak pada
tempatnya atau bukan pada orang yang benar-benar membutuhkannya.
Sekarang,
sudah tidak asing lagi dengan sebuah Praktek Outsourcing, yang kini tengah
menjadi sorotan masyarakat. Baru-baru ini desakan untuk menghilangkan
perusahaan outsourcing di Indonesia kembali mencuat. Sebenarnya apa yang
dilakukan perusahaan outsourcing sehingga acap kali menjadi momok yang
menakutkan bagi karyawan. Simak perbincangan kami dengan Farid Aidid yang sudah
berkecimpung di dunia outsourcing kurang lebih 20 tahun.
Banyak
yang mengira outsourcing adalah wadah penyediaan tenaga kerja yang bisa
menghemat perusahaan untuk mendapatkan seorang talent. Perusahaan biasanya
ingin menekan budget sekecil-kecilnya untuk menggaji karyawan sehingga
mengambil jasa outsourcing tersebut. Padahal bukan itu tujuan dari praktek
outsorcing dalam dunia ketenaga kerjaan. Menurut Farid jika perusahaan ingin
ingin mendapatkan jasa murah dengan mengoutsource karyawannya, berarti
perusahaan itu keliru.
“Outsourcing
itu bukan untuk murah-murah, karena pada praktek sebenarnya semua hak karyawan
outsourcing dengan karyawan tetap sama, yang membedakan hanya kurun waktu
kerjanya,” ujar Farid.
Hak
dan fasilitas untuk karyawan outsourcing dengan pegawai tetap yang berada di
posisi yang sama seharusnya dibagikan sama rata oleh perusahaan.
“Mereka
mendapatkan jaminan kesehatan, libur cuti yang sama dengan karyawan tetap,
seharusnya perusahaan tahu hal itu, jika ada karyawan yang merasa dicurangi,
silakan melapor ke lembaga terkait,” ujar Farid.
Farid
menegaskan tujuan outsourcing bukan untuk penghematan jangka pendek melainkan
jangka panjang. Di mana perusahaan bisa terbantu karena tidak mengurus
pengawasan dan manajemen pegawai untuk sementara waktu.
“Keuntungannya
manajemen akan bisa lebih fokus karena diatur oleh perusahaan outsourcing,”
tutut Farid.
Kebanyakan
jasa outsourcing digunakan oleh proyek yang sifatnya temporer, untuk itu
menurut Farid solusi menggunakan penyediaan jasa ini bisa membuat program
tersebut berjalan lebih efisien dan tepat waktu. “Proyek-proyek besar itu kan
memerlukan banyak karyawan untuk sementara waktu, kalau mereka dijadikan
karyawan tetap semuanya maka perusahaan akan mengalami resiko, jadi mereka
mengambil jasa outsourcing,” ujar Farid.
Selain
itu kelebihan menjalankan praktek outsourcing dengan benar akan membantu para
lulusan baru yang belum pernah bekerja. “Orang-orang yang baru lulus, biasanya
akan ditanya pengalaman kerja, di kami mereka akan ditampung dan diberikan
pelatihan singkat sehingga mereka siap ditempatkan di perusahaan atau klien
kami,” ujar Farid.
Masih
banyaknya jumlah pengangguran di Indonesia, seharusnya jasa outsorcing semakin
dibutuhkan, karena menurut Managing Director Advanced Career Indonesia ini
wadah penyalur tenaga kerja bisa menjadi sarana pemerintah mengurangi
pengangguran. “Pada intinya perusahaan-perusahaan outsourcing yang benar ini
membantu pemerintah di dalam mengatasi pengangguran,” tegas Farid.
“Karena
ribuan pelamar yang baru lulus, kami tampung dan kami interview. Setelah mereka
terlatih, maka otomatis perusahaan akan mendapatkan tenaga yang baru tetapi sudah
terlatih,” tambah Farid.
Lain
halnya yang ditempuh dalam upaya upaya yang ditempuh oleh Direktorat Jenderal
Pendidikan Non Formal dan Informal (Ditjen PNFI) Departemen Pendidikan Nasional
khususnya Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan untuk memberikan
kontribusi bagi penurunan angka pengangguran adalah dengan meluncurkan bantuan
subsidi penyelenggaraan program-program kursus berbasis pendidikan kecakapan
hidup (PKH) yang terdiri atas KWD, KWK, KPP, dan PKH kerjasama SMK/Poltek.
KWD
merupakan singkatan dari Kursus Wirausaha Orientasi Pedesaan. Kursus Wirausaha
Orientasi Pedesaan (KWD) adalah program kursus yang diselenggarakan secara
khusus, untuk memberikan kesempatan bagi masyarakat kurang mampu agar memeroleh
pengetahuan, keterampilan dan menumbuhkembangkan sikap mental kreatif,
inovatif, bertanggung jawab serta berani menanggung resiko (sikap mental
profesional) dalam mengelola potensi diri dan lingkungannya yang dapat
dijadikan bekal untuk peningkatan kualitas hidupnya.
Melihat
dari pengertiannya, program ini bertujuan untuk (1) meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap warga masyarakat pedesaan sebagai bekal untuk dapat
bekerja dan/atau usaha mandiri sesuai dengan potensi/sumber daya lokal (local
resources) di daerahnya, dan (2) memberikan layanan pendidikan bagi masyarakat
pedesaan agar memiliki kompetensi yang diperlukan dalam dunia usaha atau dunia
kerja sesuai dengan jenis kursus yang diikuti, sehingga mampu merebut peluang
kerja pada perusahaan/industri dengan penghasilan yang wajar atau mampu menciptakan
lapangan kerja sendiri.
Sasaran
dari program KWD adalah warga masyarakat kurang mampu berusia 18 s.d. 35 tahun
yang tidak sedang sekolah dan tidak memiliki pekerjaan tetap yang layak dan
tentunya yang belum pernah mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Bidang
usaha dalam program KWD adalah bidang-bidang usaha yang lazim ada di daerah
pedesaan seperti pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, kehutanan dan
bidang-bidang lain yang biasa ada di desa. KWK merupakan singkatan dari Kursus
Wirausaha Orientasi Perkotaan. Kursus wirausaha orientasi perkotaan (KWK)
adalah program kursus berbasis kecakapan hidup yang diselenggarakan untuk
memberikan kesempatan belajarbagi masyarakat kurang mampu agar memperoleh
pengetahuan, keterampilan dan menumbuhkembangkan sikap mental kreatif,
inovatif, bertanggung jawab dan berani menanggung resiko (sikap mental
profesional) dalam mengelola potensi diri dan lingkungannya yang dapat
dijadikan bekal untuk peningkatan kualitas hidupnya.
Tujuan
dari program KWK adalah (1) untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
sikap warga masyarakat sebagai bekal untuk dapat bekerja dan/atau usaha mandiri
sesuai dengan potensi/sumber daya serta peluang kerja yang ada di
lingkungannya, dan (2) memberikan layanan pendidikan bagi masyarakat agar
memiliki kompetensi yang diperlukan dalam dunia usaha atau dunia kerja sesuai
dengan jenis kursus yang diikuti, sehingga mampu merebut peluang kerja pada
perusahaan/industri dengan penghasilan yang wajar atau sepanjang memungkinkan
mampu memulai menciptakan lapangan kerja sendiri.
Sasaran
dari program KWK adalah warga masyarakat dengan kriteria yang sama dengan
sasaran program KWD. Yang membedakan KWD dari KWD adalah jenis (bidang)
usahanya. Bidang-bidang usaha KWK terdiri atas menjahit, TKK (Tata Kecantikan
Kulit), TKR (Tata Kecantikan Rambut), TRP (Tata Rias Pengantin), otomotif, jasa
boga, elektroika, spa, perhotelan, komputer, dan keterampilan jasa lainnya yang
laku di pasar perkotaan. KPP singkatan dari Kursus Para Profesi. Kursus Para
Profesi (KPP) adalah salah satu program pendidikan non formal yang berupa
program pelayanan pendidikan dan pelatihan berorientasi pada Pendidikan
Kecakapan Hidup (PKH) yang diberikan kepada masyarakat yang memerlukan bekal
pengetahuan, keterampilan, serta sikap dan kepribadian yang mengarah pada
penguasaan kompetensi di bidang keterampilan tertentu setingkat operator atau
teknisi yang bersertifikat kompetensi sebagai bekal untuk bekerja.
Tujuan
dari program KPP adalah untuk memberikan kesempatan bagi para peserta didik
usia produktif untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mental
sesuai dengan kebutuhan/peluang pasar kerja yang tersertifikasi serta
fasilitasi penempatan kerja pada dunia usaha/industri (DUDI) dalam negeri dan
luar negeri. Karakteristik sasaran program KPP sama dengan sasaran program KWD
maupun KWK. Bedanya, KWD dan KWK diarahkan untuk bekerja pada perusahaan (orang
lain) atau bekerja/ berusaha mandiri, sedangkan KPP diarahkan untuk bekerja
sesuai dengan permintaan pasar (bursa) kerja. Prioritas Jenis keterampilan yang
dapat diselenggarakan melalui program KPP, antara lain: Otomotif, Elektronika,
Spa, Komputer, Akupunktur, PLRT plus, Garmen/menjahit, Baby Sitter, Care Giver,
House Keeping, Pariwisata (perhotelan), dan jenis keterampilan lainnya sesuai
job order.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar